Sungguh durhaka engkau
Lancang bermesraan di depanku
Bertukar kata cinta
Bersilat tangan bersemi di bawah kamboja
Langgamnya lembut dan hanyut
Memicu pergerakan untuk lebih masuk
Merangkul keluh memikul kesah
Membebaskan kisah koprol di pertengahan malam
Kau terlalu jumawa
Angkuh sebagai pria
Menyindir seakan aku tak tahu apa-apa
Tak pernah ragu dalam menuntaskan rindu
Aku ada di depanmu
Hanya sampah yang sampai tak terima
Hanya pula aku belum dapat restu
Gaduh bersama nada-nada tinggi
Juga pahit di kopi
Serangan durjana amarah
Tak bisakah kau lebih ramah
Sedikit-sedikit murka
Berita palsu terlanjur dipercaya
Pihak ketiga mencoba membela
namun apa daya ia terkena dilema
Benci, tak lagi sejati
Pada hubungan lama
Toleransi seharusnya sudah dikuasai
Rindu kali ini sunyi
Bukan lagi tentang kemesraan
Namun rasa bengis dan penjelasan
Setengah jam berlalu
Aku sudah di depan rumahmu
Lamat dan teliti ku amati
Kau belum pulang
Apa maunya? Maumu apa
Ku utarakan semuanya
Kebenaran yang terjadi waktu itu
Aku sebatas membantu!
Tak lebih dari pada itu
Memang aku pernah menyakitimu
Namun sudah ku ubah semuanya
Demi aku dan kau terus hidup bersama
Di bawah pohon kamboja
Kita tak lagi bertegur sapa
Daun-daun kering
Bunga wangi bertebaran
Keseimbangan kehidupan
Gemercik danau dipinggir
Aku tak berdaya
Mencermati dua sejoli yang sedang bertoleransi
Satu ragu satunya pun resah karenamu
Moderat selalu tak boleh berpihak
Sulit jika harus berbicara, walau
Tak ditangkap mengarah aku atau dia
YK, 18 Mei 2022
Abbasweq