Belum Ada J

Daftar (draft) tulisan:

Pidato Kebudayaan (Pertama)

Kepada Setan Yang Terhormat

            Malam ini adalah malam bahagia bagi sebagian umat, bahagia yang biasa saja namun wajah-wajah selalu menampakkan bahagia yang berlebihan, wajah yang memancarkan kepedihan hidup dalam berbagai peristiwa, wajah indah yang sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit nangis, sedikit-sedikit susah, sedikit-sedikit terpuruk, sedikit-sedikit senang, sedikit sekali bersyukur.

Hidup sekarang teramat palsu, makin banyak manusia yang bangga dengan kebohongannya, senyum-sapa hilang makna, bahkan diantara mereka menganggap keramahan sebagai sindikat kepentingan, padahal fakta yang sebenarnya saja kini diangap sebagai sesuatu yang utopis. Dan wajah-wajah itu ku lihat sekarang, terpampang rapi dan manis di depan mata-mata mu yang bengis, seketika aku melihat belbagai hati yang sepi.

Para Setan Yang Terhormat

Perwujudan hati Nurani sudah tidak pernah diperhatikan. Para mereka lebih senang melakukannya dengan sembarangan. Dengan tanpa etika dan sopan santun, yang dengan itu pula mereka melupakan bahwa Dzat Gusti menjelma disetiap perbuatan, perkataan, perasaan, bahkan apapun yang masih bisa kita lihat sekarang. Teramat sulit mempercayai sesuatu yang terlihat, teramat sulit percaya pada apa yang terasa, teramat sulit mengikuti kepada yang lebih murni, ketimbang selalu mengitari kebingungen-kebingungen sedemekian. Sesuatu yang tak kasat mata malah menjadi pedoman kepercayaan. tidak tahu caranya untuk mempercayai apa yang ingin di percayai. Teramat dangkal membuat keputusan yang menjadikannya terperosok pada sakitnya penyesalan.

Pernyataan mu kemarin menghantarkan ku pada sorga dunia dan dengannya ku terbuai habis, hari-hari terasa gembira, bangun dan mendengar indah suaramu, suara yang dinisbatkan orang-orang sebagai pertanda peribadatan. Sebulan setelahnya, manusia paling pelik lahir. Wajah Bengal, putih mata memerah dan kusam, berjalannya limbung, tatapnya tak pernah santai bagai disetiap detik dalam hidupnya sedang naik pitam. Seenaknya bicara. Memang tak ada yang baik-baik saja jika ketulusan dibalas dengan sekejaman. “jika kau bicara tanpa mendengar kau akan menyakiti”.

            Aku tidak

                        Aku tidak peduli

            Aku tidak akan peduli

                        Aku tidak akan pernah peduli

            Aku benar-benar tidak akan pernah peduli

            Kau lah yang paling benar sekarang. Aku pun tidak akan menuduh mu sebagai dalang. Bagaiman bisa tuduhan diberikan kepada sesuatu yang sudah jelas—patuh pada perintah. Patutlah keadaan menjadi rancu, carut marut, dan porak-poranda, alangkah baik nya jika manusia-manusia mencontoh mu.

  “Bagaimana kau akan peduli jika tidak ada yang memperdulikan mu”

Para Setan Yang Terhormat

            Kini kita sudah terjebak pada sesuatu yang tidak jelas. Kita terperangkap pada segala hal yang sangat sempit, yang atas dasar itu kita terpenjara pada apa-apa saja yang tersebut di atas. Kita terperangkap pada ruang-ruang yang menjadikan kita sulit mempercayai segala sesuatu yang terjadi. Daging bertemu daging tidak lagi penting. Hati bertemu hati tidak lagi sejati.

Para Setan Yang Meminta Hormat

            Sudah terlalu banyak kata-kata. Sudah terlalu banyak kata-kata di dunia. Sudah terlalu banyak kata-kata yang kita terima. Dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Saya tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia. Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagipula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini para mereka sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-kata nya sendiri. Sebuah negri yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti arti-nya. Dan setiap arti bisa diubah maknanya.

            Ku persembahkan kisah dari negri sebrang. Bukan kata-kata cinta. Ku berikan kasih yang lembut dan nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti kita, aku mengambilnya dari mimpi-mimpi indah pada malam penuh aurora.

Abbasweq, Desember 2024