Ini kanavi

Daftar (draf) buku:

Ulasan Singkat Novel “Putri Cina” Karya Sindhunata

Seolah pembaca diajak untuk menelusuri perjalanan waktu atau time travel ketika membaca novel Putri Cina. Awal cerita menyajikan kegelisahan putri Cina perihal siapa dirinya. Sebab, dalam cerita tersebut keberadaannya menimbulkan tanda tanya besar mengenai siapa dirinya sesungguhnya. Syahdan, pencarian melalui mitos dan legenda pun coba dia tempuh.

Syair yang berisi tanda tanya pun tertulis,

Putri Cina, kau berwajah

Tapi kau merasa tak berwajah

Mengapa wajahmu kau letakkan

Seakan tentangnya kau ketakutan?

Sekarang wajahmu adalah mawar hitam

Bunga yang membawa kematian

Padahal ditanganmu selalu

Wajahmu cantik dan tersentuh debu.

Menurut dongeng di Jawa dia adalah istri Majapahit yang terakhir, Prabu Brawijaya ke 5. Tetapi dia tak tahu mengapa ia dijuluki Putri Cina, padahal dia sudah lama dan hidup di tanah Jawa. Cerita ini memiliki jalin kelindan dengan Jaka prabangkara, putra Raja Majapahit dari seorang Selir. Sang putra diterbangkan dengan layang-layang, dengan mengemban tugas untuk melukis. Sampai mendaratlah sang putra di negeri Cina, lalu memiliki keturunan di Cina.

Putri Cina adalah seorang cantik jelita, sehingga membuat prabu Brawijaya untuk menjadikannya Selir.  Hubungan prabu Brawijaya dan putri Cina sangatlah mesra, hal itulah yang membuat permaisuri atau Putri Campa sedih dan minta dipulangkan ke negeri asalnya. Sang Prabu harus membuat keputusan untuk menceraikan putri Cina supaya putri Campa tidak sedih.

Sang Putri Cina dianugerahkan pada putranya Arya Damar di Palembang, ketika itu putri Cina dalam keadaaan mengandung.

Putri Cina memiliki putra bernama Raden Patah yang diramalkan kelak menguasai tanah Jawa. Ternyata hal itu terjadi, Raden Patah menguasai Tanah Jawa dengan menaklukan kerajaan ayahnya yaitu Majapapahit.

Sang Putri Cina merasa bingung harus bahagia atau sedih mendengar hal itu, seharusnya dia bahagia ketika putranya berhasil mengalahkan orang yang menyakiti dirinya ketika mengandung, tetapi dalam ajaran leluhur putri Cina atau Kong hu Chu sangat Tidak dibenarkan melawan orang tua.

Untuk mencari kebenaran dan jalan keluar atas kegelisahanya itu, ia pergi ke Jawa untuk menemui Sabdo Palon Naya Genggong. Sesampainya di Majapahit, hampir tak menemui siapun yang dia kenal karena kerajaan telah porak poranda. Beruntung dia bertemu embannya dulu dan memberi tahu Sabdo Palon ada di hutan Banyuwangi.

Sang Putri berhasil menemukan Sabdo Palon Naya Genggong dan mencurahkan semua kesedihannya di hutan Banyuwangi.

Sabdo Palon dalam kebijaksanaanya menceritakan kalau semua itu hal yang wajar, sejak dulu pun negeri ini selalu dibangun dengan pertumpahan darah. Majapahit pun berdiri dengan perang, peristiwa saling bunuh pun juga dalam kisah Mpu Gandring, kalau saya ceritakan semua sangatlah panjang.

“Sesungguhnya sejarah hanya berulang, apa yang terjadi kelak, telah terjadi sekarang. Dan apa yang terjadi sekarang telah terjadi lampau, hamba Tidak perlu menyebut satu persatu pertikaian di tanah Jawa.”

Setiap zaman memiliki tatanan dan aturan yang berbeda, maka saatnya juga manusia harus meninggalkan dunia ini ketika sudah paripurna tugas di dunia.

Setelah runtuhnya Majapahit keberadaan Putri Cina pun seolah masih belum jelas asal-usulnya. Bahkan keberadaannya pun seolah selalu jadi kambing hitam dalam setiap gejolak dan pertikaian di negeri ini.

Sampai pada akhir cerita novel tertulis sajak yang mungkin bisa menjawab pertanyaan.

Di dunia ini semua manusia

Menanggung nasib yang sama

Karena kita hanyalah debu

Cina dan Jawa sama-sama debunya

Mengapa kita masih bertanya siapakah kita?

Toh dengan dilahirkan di dunia,

Kita semua adalah saudara?

Kanavi

Kediri, 30 Mei 2025